Minggu, 28 Oktober 2012

[Human Capital] KUMPULAN TULISAN HAKEKAT KE- 19

 



KUMPULAN TULISAN HAKEKAT KE- 19, DOWNLOAD DISINI:

 

https://www.dropbox.com/s/x649dw1350beyri/19.%20KUMPULAN%20TULISAN%20XIX.rar

 

 

 

 

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

 

NUBUATAN-NUBUATAN DIGENAPI  --  22

 

      Pada waktu kedatangan
Tuhan yang diharapkan itu berlalu -- pada musim semi 1844 -- tanpa terjadi
apa-apa, mereka yang dengan iman menantikan kedatangan-Nya, untuk sementara
dilanda kebimbangan dan ketidakpastian. Sementara dunia ini menganggap mereka
telah kalah telak dan terbukti menjadi korban penipuan, sumber konsolidasi
mereka masih tetap firman Allah.  Banyak
yang terus menyelidiki Alkitab, memeriksa kembali tanda-tanda dan bukti-bukti
iman mereka, dan dengan seksama menyelidiki dan mempelajari nubuatan-nubuatan
untuk mendapatkan terang lebih jauh. Kesaksian Alkitab yang
mendukung posisi mereka tampak jelas dan meyakinkan. Tanda-tanda
yang tidak bisa salah menunjukkan kedatangan Kristus sebagai sudah dekat. Berkat
khusus dari Tuhan, baik dalam pertobatan orang-orang berdosa maupun kebangunan
kehidupan kerohanian orang-orang Kristen, telah menyaksikan bahwa pekabaran itu
datangnya dari Surga. Dan walaupun orang-orang percaya itu tidak dapat
menerangkan kekecewaan mereka, mereka merasa yakin bahwa Allah telah menutnun
mereka dalam pengalaman-pengalaman masa lalu.

      Dijalin dengan nubuatan-nubuatan yang
mereka anggap sebagai yang diterapkan pada kedatangan kedua kali, adalah ajaran
atau petunjuk yang khusunya sesuai dengan keadaan mereka yang tidak menentu dan
dalam keadaan tegang, dan mendorong mereka menunggu dengan sabar dalam iman
bahwa apa yang sekarang gelap kepada pengertia mereka akan menjadi jelas pada
waktunya.

      Di antara nubuatan-nubuatan itu yang terdapat
dalam Habakuk 2:1-4, "Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri
tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya
kepadaku dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku. Lalu Tuhan menjawab
aku demikian: Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh,
supaya orang sambil lalu dapat membacanya. Sebab penglihatan itu masih menanti
saatnya, tetapi bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila
berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan
tidak akan bertangguh. Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus
hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya."

      Pada permulaan tahun 1842, petunjuk yang
diberikan dalam nubuatan ini  "tuliskanlah
penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh supaya orang sambil lalu dapat
membacanya," telah mendorong 
Charles Fitch untuk menerbitkan satu peta nubuatan untuk menggambarkan
penglihatan Daniel dan Wahyu. Penerbitan peta ini dianggap sebagai kegenapan
perintah yang diberikan oleh Habakuk. Namun, tak seorangpun memperhatikan bahwa
penundaan pelakasanaan penglihatan itu -- waktu menunggu -- ada dinyatakan
dalam nubuatan yang sama. Setelah kekecewaan itu, maka ayat ini tampak jelas,
"Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju
kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu,
sebab ia sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh . . . . Orang
benar akan hidup oleh percayanya" (Habakuk 2:1-4).

      Sebahagian dari nubuatan Jehezkiel juga
menjadi sumber kekuatan dan penghiburan bagi orang-orang percaya: Lalu
datanglah firman Tuhan kepadaku, "Hai anak manusia, sindiran apakah itu
yang hidup di antara kamu di tanah Israel yang berbunyi sudah lama berselang
tetapi satu penglihatanpun tak jadi? Oleh sebab itu katakanlah kepada mereka:
Beginilah firman Tuhan Allah: Aku akan menghentikan sindirian ini dan orang
tidak akan mengucapkannya lagi ditanah Israel. Sebaliknya katakanlah kepada mereka:
Waktunya sudah dekat dan tiap penglihatan akan jadi. Sebab tidak akan ada lagi
penglihatan yang menipu ataupun tenungan yang menyesatkan di tengah-tengah kaum
Israel, sebab Aku Tuhan, akan berfirman dan apa yang Kufirmankan akan terjadi
dan firman itu tidak akan ditunda-tunda lagi, sebab masa hidupmu, hai kamu
pemberontak, Aku akan mengucapkan suatu firmn dan Aku akan menggenapinya,
demikianlah firman Tuhan Allah." (Yehez. 12:21-25,27-28).

      Mereka yang sedang menantikan
bersukacita, percaya bahwa Ia yang mengetahui akhir dari permulaan telah
memelihara mereka sepanjang zaman dan yang melihat sebelumnya kekecewaan
mereka, telah memberikan kepada mereka keberanian dan pengharapan. Kalau bukan
bagian ayat-ayat Alkitab yang seperti ini, yang mengingatkan mereka agar
menunggu dengan sabar dan berpegang teguh pada firman Allah, iman mereka sudah
gagal dalam cobaan seperti itu.

      Perumpamaan sepuluh anak dara dalam
Matius 25 juga menggambarkan pengalaman orang-orang yang percaya kepada
kedatangan Tuhan (orang-orang Advent). Dalam Matius 24, dalam jawaban kepada
pertanyaan murid-murid-Nya mengenai tanda-tanda kedatangan-Nya dan akhir dari
dunia ini, Kristus telah menunjukkan beberapa peristiwa-peristiwa paling
penting dalam sejarah dunia ini dan sejarah gereja mulai dari kedatangan-Nya
yang pertama sampai kepada kedatangan-Nya yang kedua, seperti kebinasaan
Yerusalem, kesusahan besar yang menimpa gereja di bawah penganiayaan kekafiran
dan kepausan, gelapnya matahari dan bulan, dan jatuhnya bintang-bintang.
Setelah itu Ia berbicara mengenai kedatangan-Nya dalam kerajaan-Nya, dan
menghubungkan dengan kedua golongan hamba yang menantikan kedatangan-Nya.
Fatsal dua puluh lima dimulai dengan kata-kata, "Pada waktu itu hal
Kerajaan Surga seumpama sepuluh gadis." 
Di sini diungkapkan kehidupan gereja pada akhir zaman, sama seperti yang
ditunjukkan pada penghabisan fatsal 24. Dalam perumpamaan ini pengalaman mereka
digambarkan dalam satu peristiwa pernikahan cara Timur.

      "Pada waktu itu hal Kerajaan Surga seumpama
sepuluh gadis yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai
laki-laki. Lima diantaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh
itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang
bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi
karena mempelai lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu
tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang!
Songsonglah dia!"

      Kedatangann Kristus, sebagaimana
diumumkan oleh pekabaran malaikat yang pertama, diketahui dilambangkan oleh
kedatangan mempelai laki-laki. Pembaharuan yang meluas melalui pemberitaan
kedatangan-Nya yang segera menerangkan arti kepergian gadis-gadis itu. Dalam
perumpamaan ini, sebagaimana halnya dalam Matius 24, ada dua golongan yang
ditunjukkan. Semua telah membawa pelitanya, Alkitab, dan oleh terangnya pergi
keluar menyambut mempelai. Tetapi sementara "gadis-gadis yang bodoh itu
membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,"  "gadis-gadis  yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga
minyak dalam buli-buli mereka." Golongan yang terakhir ini telah menerima
kasih karunia Allah, kuasa Roh Kudus yang menerangi dan membaharui, yang
membuat firman-Nya jadi lampu kepada kakinya dan terang kepada jalannya. Dalam
takut akan Allah mempelajari Alkitab untuk mengetahui kebenaran dan dengan
sungguh-sungguh berusaha agar mempunyai hati dan hidup yang murni dan bersih.
Mereka mempunyai pengalaman pribadi, iman kepada Allah dan kepada firman-Nya,
yang tidak bisa dihilangkan oleh kekecewaan dan penangguhan kedatangan Kristus.
Yang lain "membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak." Mereka
tergerak hanya oleh dorongan hati. Rasa takut mereka telah dibangkitkan oleh
pekabaran yang sungguh-sungguh, tetapi mereka bergantung kepada iman
saudara-saudaranya tanpa mengerti kebenaran sepenuhnya, atau tanpa kasih
karunia sejati bekerja di dalam hatinya. Mereka ini pergi menyambut Tuhan
dengan pengharapan penuh pada prospek upah yang segera. Tetapi mereka tidak
bersedia dan bersiap bagi penangguhan dan kekecewaan. Bilamana pencobaan
datang, iman mereka gagal dan terang mereka padam.

      "Tetapi karena mempelai itu tidak
datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur." Penangguhan
kedatangan mempelai laki-laki adalah mengumpamakan berlalunya waktu yang
diharapkan Tuhan datang, kekecewaan dan sepertinya penangguhan. Dalam masa yang
tidak tentu ini, orang-orang yang perhatiannya tidak mendalam dan yang
setengah-setengah hati segera mulai goyang, dan usaha-usaha mereka mengendor.
Tetapi mereka yang imannya didasarkan atas pengetahuan pribadi Alkitab,
mempunyai batu karang yang teguh tempatnya berpijak, yang tidak bisa
dihanyutkan oleh gelombang kekecewaan. "Mengantuklah mereka semua, lalu
tertidur." Satu kelompok tidak perduli dan meninggalkan iman mereka, dan
satu kelompok lain menunggu dengan tabah dan sabar sampai terang yang lebih
jelas diberikan. Tetapi, pada malam pencobaan itu kelompok terakhir ini,
sebegitu jauh, kehilangan semangat dan penyerahan mereka. Orang-orang yang
setengah hati dan yang mempunyai pengetahuan yang dangkal tidak boleh lagi
bersandar kepada iman saudara-saudaranbya. Masing-masing harus berdiri atau
jatuh atas dirinya sendiri.

      Kira-kira pada waktu ini, fanatisisme
mulai muncul. Beberapa orang yang mengaku percaya sungguh-sungguh pada
pekabaran itu, menolak firman Allah sebagai penuntun yang mutlak atau tidak
bisa salah, dan menyatakan dituntun oleh Roh, menyerahkan dirinya dikendalikan
oleh perasaan, kesan dan imaginasi mereka sendiri. Sebagian menampakkan
kesungguh-sungguhan yang buta dan fanatisisme sempit, menolak semua orang yang
tidak setuju pendapat mereka. Pendapat-pendapat dan kekhawatiran fanatik mereka
tidak mendapat simpati dari pengikut-pengikut Advent yang besar itu. Namun,
mereka menjadi celaan bagi kepentingan kebenaran.

      Dengan cara ini Setan berusaha untuk
menentang dan menghancurkan pekerjaan Allah. Orang-orang sangat digemparkan
oleh pergerakan advent. Ribuan orang-orang berdosa bertobat dan orang-orang
yang setia dengan rela bekerja menyiarkan kebenaran, bahkan pada masa
penangguhan itu. Raja kejahatan kehilangan pengikutnya, dan untuk mendatangkan
celaan kepada pekerjaan Allah, ia berusaha menipu beberapa orang yang mengaku
beriman, dan mendorong mereka melampaui batas atau ekstrim. Dan kemudian
agen-agennya siap untuk menangkap setiap kesalahan, setiap kegagalan, setiap
tindakan yang tidak sesuai atau tidak senonoh dan mengangkatnya tinggi-tinggi
di hadapan orang-orang dan dibesar-besarkan agar orang-orang Advent itu dan
imannya dibenci orang. Dengan demikian, semakin banyak jumlah mereka yang bisa
dikumpulkan membuat pengakuan iman pada kedatangan Kristus kedua kali sementara
kuasanya mengendalikan hati mereka, semakin besar keuntungan yang akan
diperoleh oleh menarik perhatian kepada mereka sebagai wakil dari seluruh umat
percaya.

      Setan adalah "pendakwa
saudara-saudara" (Wah. 12:10), dan adalah roh Setan yang mengilhami
orang-orang untuk memperhatikan kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan
umat Allah, dan menunjukkannya dan menyiarkannya kepada orang-orang lain,
sementara perbuatan-perbuatan baik mereka berlalu tanpa disebut-sebut. Setan
selalu giat pada waktu Allah bekerja bagi keselamatan jiwa-jiwa. Pada waktu
anak-anak Allah datang berkumpul di hadirat Tuhan, Setan juga menyusup bersama
mereka. Pada setiap kebangunan rohani ia siap sedia membawa mereka yang tidak
disucikan hatinya dan yang pikirannya tidak seimbang. Pada waktu orang-orang
ini menerima beberapa bagian dari kebenaran, Setanpun bekerja melalui mereka
untuk mengemukakan teori-teori yang akan menipu orang yang tidak waspada. Tak
seorangpun terbukti menjadi seorang Kristen yang benar hanya karena ia berada
di antara anak-anak Allah, bahkan di rumah perbaktian sendiri dan di sekeliling
meja perjamuan Tuhan. Setan sering di sana pada saat-saat yang paling khidmat
dalam bentuk mereka yang bisa dipakainya sebagai agennya.

      Raja kejahatan
memperebutkan setiap inci kemajuan dimana umat Tuhan maju dalam perjalanan
mereka menuju kota surgawi. Sepanjang sejarah gereja tidak ada kemajuan
pembaharuan yang diperoleh tanpa menemui hambatan yang serius. Demikian juga
pada zaman Paulus. Dimana saja rasul itu membangun sebuah gereja, di sana ada
beberapa orang yang mengaku menerima iman, tetapi yang membawa ajaran yang
menyimpang atau bida'ah, yang jika di terima akan menghilangkan kecintaan
kepada kebenaran. Luther juga menderita kebingungan dan tekanan besar dari
orang-orang fanatik yang mengatakan bahwa Allah telah berbicara lansung melalui
mereka, yang, lalu menetapkan buah pikiran dan pendapat-pendapat mereka di atas
kesaksian Alkitab. Banyak yang kurang iman dan pengalaman, tetapi yang merasa
cukup percaya pada diri sendiri dan yang suka mendengar dan menceriterakan sesuatu
yang baru, diperdaya oleh keangkuhan guru-guru baru, dan bergabung dengan
agen-agen Setan dalam kerjanya merobek-robek apa yang Allah suruh Luther
bangun. Begitu juga Wesley bersaudara dan yang lain-lain, yang telah menjadi
berkat bagi dunia oleh pengaruh dan iman mereka, menemui tipu muslihat Setan
dalam setiap langkahnya. Setan mendorong orang-orang yang terlalu bersemangat,
yang tidak berpikiran stabil, dan yang tidak disucikan menjadi fanatik dalam
berbagai tingkatan.

      William Miller tidak
bersimpati dengan pengaruh-pengaruh yang menuntun kepada kefanatikan. Ia
menyatakan, bersama Luther, bahwa setiap roh harus diuji dengan firman Allah.
"Sijahat itu," kata Miller, "mempunyai kuasa besar atas pikiran
sebagian orang sekarang ini. Dan bagaimanakah kita tahu jenis roh yang ada pada
mereka? Alkitab menjawab, 'Dari buahnya kamu mengetahui' . . . . Ada banyak roh
yang pergi ke dunia ini. Dan kita disuruh untuk menguji roh-roh itu. Roh yang
tidak membuat kita hidup sungguh-sungguh dan tenang, benar, dan saleh di dunia
sekarang ini, ia bukan Roh Kristus. Saya semakin yakin bahwa Setan memegang
peranan penting dalam gerakan pengacauan ini . . . . Banyak di antara kita,
yang pura-pura disucikan seluruhnya, mengikuti tradisi manusia, dan nyata-nyata
adalah bodoh mengenai kebenaran seperti yang lain-lain yang tidak
berpura-pura." --  Bliss,
"Memoirs of Wm. Miller," pp 236,237,282.  "Roh kesalahan akan menuntun kita jauh
dari kebenaran. Dan Roh Allah akan menuntun kita ke dalam kebenaran. Tetapi,
katamu, seseorang mungkin bersalah, tetapi berpikir bahwa ia mempunyai
kebenaran. Lalu apa? Kami menjawab, 'Bahwa Roh dan Firman itu tidak
bertentangan'. Jikalau seseorang memyakinkan dirinya sendiri dengan firman
Allah dan menemukan keharmonisan yang sempurna dengan seluruh firman itu, ia
boleh percaya bahwa ia mempunyai kebenaran. Tetapi jikalau ia temukan roh yang
menuntunnya itu tidak harmonis atau selaras dengan seluruh maksud hukum atau
buku Allah, maka baiklah ia berhati-hati berjalan, agar jangan tertangkap jerat
sijahat."  --  The Advent Herald and Signs of the Times
Reporter, Vol. VIII, No. 23 (Jan. 15, 1845),  "Saya sering mendapatkan lebih banyak
bukti kesalehan dalam hati melalui mata yang bersinar, pipi yang basah, dan
ucapan yang tersendat-sendat dari pada semua suara gaduh dalam dunia
Kristen." -- Bliss, "Memoirs of Wm. Miller," pp.236,237,282.

      Pada
zaman Pembaharuan musuh-musuhnya menuduhkan semua kejahatan kefanatikan kepada
orang-orang yang berusaha sungguh-sungguh menentang kefanatikan itu. Cara yang
sama ditempuh oleh penentang-penentang pergerakan advent. Kaum ekstremis dan
kaum fanatik tidak puas dengan salah melukiskan dan membesar-besarkan
kesalahan, mereka menyebarkan laporan-laporan palsu yang sama sekali tidak
mempunyai kemiripan dengan kebenaran. Orang-orang ini digiatkan oleh prasangka
buruk dan kebencian. Ketenangan mereka diganggu oleh pemberitaan kedatangan
Kristus yang sudah di muka pintu. Mereka takut kalau-kalau itu benar, namun
masih berharap supaya tidak benar, dan inilah rahasia pertentangan mereka
melawan orang-orang Advent dan kepercayaan mereka.

      Fakta
bahwa orang-orang fanatik berusaha menjadi sejajar dengan orang Advent sehingga
tidak lagi menjadi alasan mengatakan bahwa gerakan itu tidak berasal dari Allah
seperti kehadiran orang-orang fanatik dan penipu-penipu dalam gereja pada zaman
Paulus atau Luther menjadi alasan yang cukup untuk mengutuk pekerjaan mereka.
Biarlah umat Allah bangun dari tidurnya, dan memulai pekerjaan pertobatan dan
pembaharuan yang sungguh-sungguh. Biarlah mereka menyelidiki Alkitab untuk
mengetahui kebanaran yang di dalam Kristus. Biarlah mereka mengadakan
penyerahan yang menyeluruh kepada Allah, sehingga tidak lagi ada tanda-tanda
bahwa Setan masih giat dan siap siaga. Setan akan menunjukkan kuasanya dengan
berbagai macam penipuan yang mungkin menggerakkan seluruh malaikat yang sudah
jatuh untuk membantunya.

     
Bukanlah pekabaran kedatangan kedua kali yang menimbulkan kefanatikan
dan perpecahan. Hal ini nyata pada musim panas 1844 pada waktu orang-orang
Advent berada dalam keadaan ragu dan bingung mengenai posisi mereka yang
sebenarnya. Penyiaran pekabaran malaikat yang pertama dan "seruan tengah
malam" cenderung secara langsung menindas kefanatikan dan pertikaian.
Orang-orang yang turut dalam gerakan yang sungguh-sunmgguh ini hidup secara
harmonis. Hati mereka dipenuhi kasih satu sama lain dan kasih kepada Yesus,
yang mereka harapkan kedatangan-Nya yang segera. Hal satu iman, satu
pengharapan yang berbahagia mengangkat mereka mengatasi pengendalian setiap
pengaruh manusia, dan terbukti sebagai perisai melawan serangan-serangan Setan.

     
"Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, maka
mengantuklah mereka semua, lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara
orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!  Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu
membereskan pelita mereka." (Matius 25:5-7). Pada musim panas tahun 1844,
yaitu pertengahan antara musim panas dan musim gugur pada tahun itu juga, waktu
yang diperkirakan sebelumnya  nubuatan
2300 hari akan berakhir,, yang kemudian diketahui diperpanjang, pekabaran itu
disiarkan dalam kata-kata Alkitab, 'Mempelai datang! Songsonglah dia!'"

      Yang
menuntun kepada pergerakan ini ialah karena ditemukan bahwa dekrit Artahsasta
mengenai pembangunan kembali Yerusalem yang menjadi permulaan masa 2300 hari
itu, mulai berlaku pada musim gugur tahun 457 SM, dan bukan pada permulaan
tahun sebagaimana dipercayai sebelumnya. Dengan menghitung mulai dari musim
gugur 457 SM, yang 2300 tahun (hari) itu akan berakhir pada musim gugur tahun
1844 -- Diagram opposite page 328; also Appendix.

     
Argumentasi yang dikutip dari lambang-lambang Perjanjian Lama juga
menunjuk kepada musim gugur sebagai peristiwa yang dilambangkan dengan
"penyucian kaabah" yang harus terjadi. Hal ini sangat jelas jika
diperhatikan cara yang berhubungan dengan kedatangan pertama digenapi.

      Penyembelihan Domba Paskah adalah bayang-bayang kematian Kristus. Paulus
berkata, "Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu
Kristus." (1Kor. 5:7). Berkas buah-buah sulung yang pada waktu Paskah
dilambai-lambaikan di hadirat Tuhan adalah lambang kebangkitan Kristus. Paulus
berkata mengenai kebangkitan Tuhan dan umat-umat-Nya, "Kristus sebagai
buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu
kedatangan-Nya." (1 Kor. 15:23).

      Seperti berkas-berkas yang
dilambai-lambaikan itu, yaitu buah-buah yang pertama masak yang dikumpulkan
sebelum musim menuai, Kristuslah buah sulung dari penuaian kekal umat tebusan
yang pada kedatangan-Nya kelak akan dikumpulkan ke dalam lumbung Tuhan.

      Lambang ini sudah digenapi bukan saja
peristiwanya tetapi juga waktunya. Pada hari ke empat belas bulan yang pertama
orang Yahudi pada hari dan bulan mana domba Paskah disembelih selama lima belas
abad, Kristus, pada waktu memakan Paskah bersama murid-murid-Nya, memulaikan
pesta yang memperingati kematian-Nya sendiri sebagai  "anak domba Allah yang mengangkut dosa
isi dunia ini." Pada malam itu juga ia telah ditangkap oleh tangan-tangan
jahat untuk disalibkan dan dibunuh. Dan sebagai yang dilambangkan berkas buah
sulung yang dilambaikan itu, Tuhan kita telah dibangkitkan dari kematian pada
hari yang ketiga, "sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah
meninggal! (1 Kor. 15:20), sebagai contoh dari semua orang-orang benar yang
dibangkitkan, yang mempunyai tubuh yang hina akan diubahkan, "sehingga
serupa dengan tubuh-Nya yang mulia." (Fil. 3:21).

      Dengan cara yang sama, lambang-lambang
yang berhubungan dengan kedatangan kedua kali harus digenapi pada waktu yang
ditentukan dalam lambang upacara kaabah. Di bawah tatanan Musa, penyucian
kaabah, atau hari garfirat atau hari Pendamaian, dilakukan pada hari ke sepuluh
bulan yang ke tujuh penanggalan Yahudi (Imamat 16:29-34). Pada waktu imam besar
keluar dari dalam kaabah dan memberkati orang Israel setelah ia menadakan
penyucian bagi semua bangsa itu, dan dengan demikian menghapuskan dosa mereka
dari dalam kaabah. Jadi dipercayai bahwa Kristus, Imam Besar Agung kita, akan
datang untuk menyucikan dunia ini oleh membinasakan dosa dan orang-orang
berdosa, dan memberkati umat-Nya yang menantikan-Nya dengan berkat kekekalan.
Hari kesepuluh dari bulan ketujuh, hari besar penyucian, hari Grafirat, waktu
penyucian kaabah, yang pada tahun 1844 jatuh pula tanggal 22 Oktober, dianggap
sebagai hari kedatangan Tuhan. Ini sesuai dengan bukti-bukti yang sudah
dikemukakan, bahwa masa 2300 hari akan berakhir pada musim gugur, dan
kesimpulan itu kelihatannya tidak dapat ditolak.

      Dalam perumpamaan
Marius 25, masa menunggu dan mengantuk diikuti oleh kedatangan mempelai
laki-laki. Ini sesuai dengan argumentasi yang baru saja dikemukakan, baik dari
nubuatan maupun dari lambang-lambang. Keduanya membawa keyakinan yang kuat akan
kegenapannya, dan "seruan di tengah malam" itu telah disiarkan oleh
ribuan orang percaya.

      Bagaikan gelombang pasang, pergerakan ini
menyapu seluruh negerei. Dari kota ke kota, dari kampung ke kampung dan ke
tempat-tempat yang jauh terpencil pekabaran itu disampaikan, sampai umat Tuhan
yang menunggu benar-benar dibangunkan. Kefanatikan lenyap
sebelum  pengumuman ini bagaikan embun
pagi sebeleum matahari terik. Orang-orang percaya melihat kebingungan dan
kebimbangan mereka dibuangkan, dan pengharapan serta keberanian menggerakkan
hati mereka. Pekerjaan ini terbebas dari ekstrim yang biasanya selalu menandai
bilamana kebangunan manusia tanpa pengendalian pengaruh firman dan Roh Allah.
Sama halnya dengan orang Israel zaman dahulu yang merendahkan diri dan kembali
kepada Tuhan setelah adanya pekabaran teguran dari hamba-hamba Tuhan. Pekerjaan
itu mempunyai ciri yang menandai pekerjaan Allah pada segala zaman. Hanya
sedikit saja perasaan sangat gembira, tetapi lebih suka menyelidiki hati,
pengakuan dosa, dan melupakan keduniawaian. Beban roh mereka yang menderita
adalah persiapan untuk bertemu dengan Tuhan. Ada doa untuk ketabahan, dan
penyerahan tanpa pamrih kepada Allah.

      Miller berkata, dalam menjelaskan
pekerjaan itu, "Tidak ada pernyataan sukacita yang besar: yaitu sepertinya
disembunyikan untuk peristiwa di masa datang, di mana semua Surga dan dunia
akan bersukacita bersama dengan sukacita yang tak terucapkan dan yang penuh
kemuliaan. Tidak ada teriakan: inipun, dicadangkan bagi teriakan dari Surga.
Penyanyi-penyanyi diam:  mereka menunggu
untuk bergabung dengan rombongan malaikat, paduan suara dari Surga . . . .  Tidak ada bentrokan perasaan: semua sehati
dan sepikir."  --  Bliss, "Memoirs of Wm. Miller," pp.
270,271.  Seorang lain yang berpatisipasi
dalam pergerakan ini menyaksikan, "Dimana-mana gerakan itu menghasilkan
penyelidikan hati yang mendalam dan merendahkan jiwa di hadirat Allah Yang
Mahatinggi. Gerakan
itu menyebabkan berhenti mengasihi perkara-perkara duniawi, menyembuhkan
pertentangan dan perselisihan, mengakui kesalahan-kesalahan, semua dinyatakan
di hadirat Allah; dan orang-orang yang menyesal dan mau bertobat dan yang
hancur hatinya, memohon pengampunan dan penerimaan dari Allah. Gerekan itu
menyebabkan orang merendahkan diri dan jiwa seperti yang belum pernah
disaksikan sebelumnya. Sebagaimana Allah memerintahkan melalui nabi Yoel, pada
waktu hari Allah yang besar itu sudah dekat, orang-orang merobek hatinya dan
bukan pakaiannya, dan berbalik kepada Allah dengan berpuasa dan menangis serta
berkabung.  Sebagaimana Allah berkata
melalui nabi Zakaria, roh karunia dan permohonan dicurahkan ke atas
anak-anak-Nya; mereka memandang kepada Dia yang telah mereka tikam, sehingga
ada dukacita besar di negeri itu . . . dan mereka yang memandang kepada Tuhan
menderita jiwa mereka dihadapan-Nya." 
--  Bliss, in Adventist Shield
and Riview, Vol. I, p. 271 (Jan. 1845).

      Dari
semua pergerakan keagamaan besar sejak zaman rasul-rsaul, tidak ada yang lebih
terbebas dari ketidaksempurnaan manusia dan tipu muslihat Setan daripada musim
gugur 1844 itu. Bahkan sekarangpun setelah berselang beberapa tahun, semua yang
ambil bagian dalam pergerakan itu dan yang telah beridiri teguh di atas
landasan kebenaran, masih merasakan pengaruh kudus pekerjaan yang berbahagia
itu, dan menyaksikan bahwa pergerakan itu datang dari Allah.

      Pada
waktu panggilan, "Mempelai datang! Songsonglah Dia!"  yang menunggu "bangun semuanya, lalu
membereskan pelita mereka."  Mereka
mempelajari firman Allah dengan perhatian yang sungguh-sungguh yang sebelumnya
belum diketahui.  Malaikat-malaikat
dikirimkan dari Surga untuk membangunkan mereka yang tawar hati, dan
menyediakan mereka untuk menerima pekabaran itu. Pekerjaan itu tidak bergantung
kepada kebijaksanaan dan pengetahuan manusia, tetapi kepada kuasa Allah.
Bukanlah orang yang paling berbakat, tetapi orang yang paling rendah hati dan
yang paling berserah yang pertama sekali mendengar dan menuruti panggilan itu.
Para petani meninggalkan tanamannya di ladang, ahli mekanik meletakkan
peralatan mereka, dan dengan air mata dan sukacita mereka pergi keluar
memberitakan amaran itu. Mereka yang dulunya memimpin pekerjaan ini adalah di
antara orang yang terakhir yang bergabung dengan pergerakan ini. Pada umumnya
gereja-gereja menutup pintu kepada pekabaran ini, dan sekelompok besar yang
menerima pekabaran itu menarik diri dari persekutuan. Dengan pertolongan Allah,
penyiaran ini bersatu dengan pekabaran malaikat yang kedua, dan memberikan
kuasa kepada pekerjaan itu.

     
Pekabaran, "Mempelai datang! Songsonglah Dia!" bukanlah
masalah argumentasi walaupun bukti Alkitab jelas dan nyata. Bersama seruan itu
ada kuasa yang mendorong yang menggerakkan jiwa. Tidak ada keragu-raguan dan
tidak ada yang perlu dipertanyakan. Pada peristiwa kemenangan Kristus memasuki
kota Yerusalem, orang-orang yang berkumpul dari segala penjuru untuk merayakan
pesta, berkumpul di Bukit Zaitun, dan pada waktu mereka bergabung dengan
khalayak ramai yang mengikuti Yesus, mereka mendapat inspirasi saat itu dan
turut berseru, "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam
nama Tuhan!" (Matius 21:9). 
Demikianlah juga orang-orang yang tidak percaya yang datang berkumpul
pada pertemuan-pertemuan orang Advent, sebagian karena ingin tahu, sebagian
semata-mata cuma mau mencemoohkan saja, -- merasakan kuasa yang memyakinkan
menolong pekabaran itu, "Mempelai datang! Songsonglah Dia!"

      Pada
waktu itu ada iman yang membawa jawaban kepada doa, --  iman yang menghargai yang membawa upah.  Seperti curahan hujan ke atas tanah yang kering,
Roh karunia turun ke atas orang-orang yang mencari Tuhan dengan
sungguh-sungguh. Mereka yang mengharapkan segera berdiri muka dengan muka
dengan Penebus mereka, merasakan sukacita yang sungguh-sungguh yang tak
terucapkan. Kuasa melembutkan dan menaklukkan dari Roh Kudus melelehkan hati,
pada waktu berkat-berkat-Nya dikaruniakan dengan limpahnya kepada yang setia
dan percaya.

      Dengan
hati-hati dan sungguh-sungguh mereka yang menerima pekabaran itu, sampai pada
waktu dimana mereka mengharap bertemu dengan Tuhan mereka. Pada setiap pagi
mereka merasakan bahwa adalah kewajiban mereka yang pertama untuk memastikan
penerimaan mereka akan Allah. Hati mereka dipersatukan dengan erat, dan mereka
banyak berdoa bersama orang orang lain dan untuk satu sama lain. Mereka sering
bertemu di tempat-tempat terasing untuk bergaul dengan Allah, dan suara
pengantaraan atau syafaat naik ke Surga dari ladang-ladang dan dari
hutan-hutan. Kepastian perkenan Juru Selamat lebih penting bagi mereka daripada
makanan mereka sehari-hari. Dan jikalau awan menggelapkan pikiran mereka,
mereka tidak akan berhenti sebelum awan itu berlalu. Sementara mereka merasakan
kesaksian karunia yang mengampuni itu, mereka rindu untuk melihat Dia yang
dikasihi jiwa mereka.

      Tetapi
sekali lagi mereka terpaksa mengalami kekecewaan. Waktu yang diharap-harapkan
berlalu, dan Juru selamat tidak kelihatan. Dengan keyakinan yang tidak goyang
mereka telah mengharapkan kepada kedatangan-Nya, dan sekarang mereka merasa
seperti Maryam pada waktu datang ke kubur Yesus Juru Selamat itu dan mendapati
kubur itu kosong, ia berseru sambil menangis, "Tuhanku telah diambil orang
dan aku tidak tahu dimana Ia diletakkan." (Yoh. 20:13).

     Suatu
perasaan luar biasa, suatu ketakutan bahwa pekabaran itu mungkin benar, yang
untuk sementara waktu telah menjadi kekang bagi dunia yang tidak percaya.
Setelah berlalunya waktu, hal ini tidak hilang dengan segera. Pada mulanya
mereka yang tidak percaya itu tidak berani menunjukkan perasaan menang atas
mereka yang kecewa. Tetapi pada waktu tanda-tanda murka Allah tidak tampak,
maka hilanglah rasa takut mereka, dan kembali mereka mencela dan mencemooh.
Sekelompok besar orang yang telah mengaku percaya pada kedatangan Tuhan yang
segera, meninggalkan iman mereka. Beberapa orang yang begitu yakin akan
kedatangan Tuhan itu terluka sangat dalam oleh karena kesombongan mereka
sehingga mereka ingin melarikan diri dari dunia ini. Seperti nabi Yunus, mereka
mengeluh kepada Allah, dan ingin mati saja daripada hidup. Mereka yang mendasarkan
imannya atas pendapat orang-orang lain dan bukan atas firman Allah, sekarang
siap untuk mengubah pandangan mereka. Orang pengolok-olok memenangkan orang
yang lemah dan pengecut ini kedalam kelompok mereka, dan semua ini bersatu
menyatakan bahwa tidak ada lagi ketakutan atau pengharapan kedatangan Tuhan.
Waktu sudah berlalu, Tuhan tidak datang, dan dunia mungkin akan tetap sama
selama ribuan tahun lagi.

     
Orang-orang percaya yang sungguh-sungguh dan setia telah mengorbankan
segalanya bagi Kristus, dan telah merasakan hadirat-Nya seperti belum pernah
sebelumnya. Mereka percaya telah memberikan amaran terakhir kepada dunia ini,
dan berharap akan diterima dengan segera ke dalam persekutuan Tuhan dengan
malaikat-malaikat surgawi. Sedemikian jauh mereka telah menarik diri dari
persekutuan orang-orang  yang tidak
menerima pekabaran itu. Dengan kerinduan yang sungguh-sungguh mereka berdoa,
"Datanglah Tuhan Yesus, datanglah segera." Tetapi Ia tidak datang.
Dan sekarang mereka harus menanggung kembali beban berat kehidupan dan
kebingungan, dan menanggung cemoohan, dan ejekan para pencemooh dunia ini
merupakan cobaan berat iman dan kesabaran mereka.

      Tetapi
kekecewaan ini tidak sebesar yang dialami oleh murid-murid pada waktu
kedatangan Kristus yang pertama. Pada waktu Yesus mengendarai seekor keledai
dengan kemenangan memasuki kota Yerusalem, para pengikut-Nya percaya bahwa ia
sudah mau menduduki takhta Daud dan membebaskan orang-orang Israel dari
penindas-penindasnya. Dengan harapan-harapan yang tinggi dan antisipasi
sukacita, mereka berlomba satu sama lain untuk menunjukkan penghormatan kepada
Raja mereka. Banyak yang membentangkan pakaian mereka sebagai karpet di jalan
yang akan dilalui-Nya , atau menyebarkan daun-daun palem dihadapan-Nya.  Dalam sukacita mereka yang sangat besar,
mereka bersatu dan berseru dengan gembira, "Hosana bagi anak Daud!"
Pada waktu orang-orang Farisi terganggu dan marah oleh karena luapan
kegembiraan besar ini, mereka meminta agar Yesus menegur murid-murid-Nya itu.
Yesus menjawab, "Aku berkata kepadamu, jika mereka ini diam, maka
batu-batu ini akan berteriak." (Luk. 19:40). Nubuatan harus digenapi.
Murid-murid itu sedang melaksanakan rencana Allah, namun mereka menderita
kekecewaan pahit. Tetapi beberapa hari telah berlalu sebelum mereka menyaksikan
kematian Juru Selamat yang memilukan itu dan meletakkan-Nya di dalam
kubur.  Yang mereka nantikan belum
terwujud sedikitpun, pada hal semua harapan-harapan mereka telah sirna bersama
Yesus. Mereka tidak mengerti sebelum Tuhan mereka keluar dari kubur dalam
kemenangan, bahwa semua telah diramalkan terlebih dahulu oleh nubuatan, dan
"bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati."
(Kis. 17:3).

      Lima
ratus tahun sebelumnya, Tuhan telah menyatakan melalui nabi Zakaria,
"Bersorak-soraklah dengan nyaring hai putri Sion, bersorak-soraklah, hai
putri Yerusalem! Lihat rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya.  Ia lemah lembut dan mengendarai seekor
keledai, seekor keledai beban yang muda." (Zak. 9:9). Sekiranya
murid-murid itu menyadari bahwa Kristus akan dihakimkan dan dibunuh, mereka
tidak akan menggenapi nubuatan ini.

      Dengan
cara yang sama, Miller dan rekan-rekannya menggenapi nubuatan dan menyampaikan
suatu pekabaran yang telah diramalkan oleh Ilham Allah yang harus disampaikan
kepada dunia ini. Tetapi mereka tidak dapat menyampaikan pekabaran itu
sekiranya mereka mengeri dengan sepenuhnya nubuatan-nubuatan yang menunjukkan
kekecewaan mereka, dan menyampaikan pekabaran yang lain untuk diberitakan
kepada segala bangsa sebelum Tuhan datang. Pekabaran malaikat yang pertama dan
kedua diberikan pada waktu yang tepat, dan menyelesaikan pekerjaan yang
dirancang Allah untuk diselesaikan oleh mereka.

      Dunia
sedang mengharapkan dan menantikan bahwa jika waktu berlalu dan Kristus tidak
datang, maka seluruh sistem Adventisme akan menyerah dan ditinggalkan. Tetapi
sementara banyak yang meninggalkan iman mereka, di bawah cobaan yang keras, ada
sebagian orang yang tetap berdiri teguh. Buah-buah Pergerakan Advent itu, roh
kerendahan dan penyelidikan hati, roh penolakan dunia dan roh pembaharuan hidup
yang telah membantu pekerjaan, menyaksikan semuanya itu berasal dari Allah.
Mereka tidak berani menyangkal bahwa kuasa Roh Suci telah menyaksikan penyiaran
kedatangan Tuhan kedua kali, dan mereka tidak dapat menemukan kesalahan dalam
perhitungan-perhitungan mereka mengenai masa-masa nubuatan. Penentang yang
paling keras dan mampupun tidak berhasil menjatuhkan sistem penafsiran nubuatan
mereka. Mereka tidak dapat menyetujui, tanpa bukti-bukti dari Alkitab, utnuk
meninggalkan pendirian yang telah dicapai dengan penyelidikan Alkitab yang
sungguh-sungguh dan penuh doa, dan dengan pikiran yang diterangi oleh Roh
Allah, dan hati yang telah dibakar oleh kuasa-Nya yang hidup. Pendirian yang telah
menahan kritik yang paling pedas dan perlawanan pahit dari guru-guru agama dan
kaum cendekiawan dunia, dan yang telah berdiri teguh melawan kekuatan gabungan
ilmu dan kefasihan berbicara, dan begitu juga ejekan penghinaan kaum terhormat
maupun yang hina.

      Benar
ada kegagalan dalam hal kejadian yang dinantikan, tetapi inipun tidak bisa
menggoyahkan iman mereka atas firman Allah. Pada waktu Yunus memberitakan di
jalan-jalan kota Niniwe bahwa dalam waktu empat puluh hari kota itu akan
dimusnahkan, Tuhan berkenan menerima pertobatan orang-orang Niniwe, dan
memperpanjang masa percobaan mereka. Namun, pekabaran Yunus adalah berasal dari
Allah, dan Niniwe diuji sesuai dengan kehendak-Nya. Orang-orang Advent percaya
bahwa sama seperti itu Allah telah menuntun mereka untuk memberikan amaran
penghakiman. Mereka menyatakan, "Pekabaran itu telah menguji hati semua
orang yang mendengarkannya, dan membangunkan suatu kerinduan kepada kedatangan
Tuhan. Atau hal itu mendatangkan kebenaran, lebih atau kurang mengetahui
mengenai kedatangan-Nya, tetapi Allah mengetahui Pekabaran itu telah menarik
satu garis . . .  sehingga mereka yang
mau memeriksai hatinya sendiri, boleh mengetahui di pihak mana mereka berada
sekiranya Tuhan datang -- apakah mereka akan berseru, 'Lihat, inilah Allah
kita, kita telah menantikan-Nya, dan Ia akan menyelamatkan kita,' atau mereka
akan berseru kepada batu-batu dan gunung-gunung untuk menimpa mereka dan
menyembunyikan mereka dari wajah Dia yang duduk di atas takhta, dan dari murka
Anak Domba. Dengan demikian, Allah, sebagaimana kita percayai, telah menguji
umat-Nya, telah mencoba iman mereka, telah membuktikan mereka, dan melihat
apakah mereka menciut pada masa pencobaan dari posisi dimana Dia mungkin cocok
menempatkan mereka; dan apakah mereka akan meninggalkan dunia dan bergantung
sepenuhnya kepada firman Allah.  --  The Advent Herald and Singns of the Times
Reporter, Vol. VIII, No. 14 (13 Nov. 1844).

     
Perasaan orang-orang yang masih percaya bahwa Allah telah menuntun
mereka dalam pengalaman di masa lalu, dinyatakan dalam kata-kata William
Miller, "Sekiranya saya bisa mengulangi hidupku kembali, dengan bukti yang
sama yang saya punyai kemudian, saya mengakui secara jujur kepada Allah dan
kepada manusia, bahwa saya akan berbuat seperti apa yang telah saya
perbuat."  "Aku harap aku telah
membasuh jubahku dari darah orang-orang. Aku merasa bahwa aku telah membebaskan
diriku sendiri dari semua kesalahan dan tuduhan, sejauh itu berada dalam kuasaku."
"Meskipun aku telah dua kali kecewa," tulis hamba Allah ini,
"aku belum ambruk atau tawar hati . . . . Harapanku dalam kedatangan
Kristus tetap sekuat yang biasanya. Aku telah lakukan hanya apa yang aku rasa
adalah tugasku untuk melakukannya, setelah mempertimbangkan selama
bertahun-tahun. Jikalau aku salah, itu hanyalah dalam bidang kedermawanan,
kasih kepada sesama manusia, dan keyakinan tugas kepada Allah."  "Satu perkara aku tahu, aku telah
menyiarkan yang kupercayai, dan Allah telah menyertai aku. Kuasanya telah
dinyatakan dalam pekerjaanku, sehingga menghasilkan banyak kebaikan."
"Ribuan orang dalam segala rupa manusia telah mempelajari Alkitab oleh
mengkhotbahkan waktu, dan oleh itu, melalui iman dan siraman darah Kristus,
telah diperdamaikan kepada Allah." 
--  Bliss, "Memoirs Wm.
Miller," pp. 256,255,277,280,281. 
"Aku tidak pernah meramahi senyum orang sombong, atau merasa takut
bilamana dunia ini bermuka masam. Aku tidak mau membeli persetujuan mereka, dan
juga tidak mengundang kebencian mereka. Aku tidak akan pernah mencari hidupku
di tangan mereka, atau merasa takut kalau kehilangan hidupku, saya harap jika
Allah dalam pemeliharaan-Nya menghendaki demikian."  -- White, J., "Life of William
Miller," p. 315.

      Allah
tidak melupakan umat-Nya. Roh-Nya masih tinggal bersama mereka yang tidak
terburu-buru menyangkal terang yang telah mereka terima, dan mencela Pergerakan
Advent. Dalam surat kepada Iberani ada kata-kata dorongan dan amaran kepada
yang dicobai dan yang menunggu pada krisis ini, "Sebab itu janganlah kamu
melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu
memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu
memperoleh apa yang dijanjikan itu. Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu
lagi, dan Ia yang akan datang sudah akan ada, tanpa menangguhkan
kedatangan-Nya. Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia
mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya. Tetapi kita bukanlah
orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya
dan yang beroleh hidup." (Iberani 10:35-39).

      Bahwa
nasehat ini ditujukan kepada gereja pada akhir zaman nyata dari kata-kata yang
menunjukkan kepada dekatnya kedatangan Tuhan, "Sebab sedikit, bahkan
sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang sudah akan ada tanpa menangguhkan
kedatangan-Nya." Dan dengan jelas menyatakan bahwa akan ada seperti
penundaan, dan bahwa Tuhan seolah-olah menangguhkan kedatangan-Nya. Petunjuk
yang diberikan di sini terutama diberikan sesuai dengan pengalaman orang-orang
Avent pada zaman ini. Orang yang diberi amanat di sini berada dalam
bahaya karam kapal iman. Mereka telah melakukan kehendak Allah dalam mengikuti
tuntunan Roh-Nya dan firman-Nya. Namun demikian, mereka tidak mengerti maksud
Allah dalam pengalaman masa lalu mereka, atau dapat melihat dan membedakan
jalan-jalan yang terbentang dihadapan mereka, dan mereka tergoda meragukan
apakah Allah benar-benar menuntun mereka. Pada waktu ini firman ini dapat diterapkan,
"Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman."  Pada waktu sinar terang "seruan di
tengah malam" telah bersinar ke 
jalan mereka, dan telah melihat nubuatan dibuka meterainya, dan
tanda-tandanya yang digenapi dengan segera mengatakan bahwa kedatangan Kristus
sudah dekat, mereka telah berjalan dengan penglihatan sebagaimana sebelumnya.
Tetapi sekarang tertunduk oleh pengharapan yang mengecewakan, mereka dapat
berdiri hanya oleh iman pada Allah dan firman-Nya. Dunia pengolok-olok berkata,
"Engka sudah tertipu. Sangkallah imanmu, dan katakanlah bahwa Pergerakan
Advent itu berasal dari Setan." Tetapi firman Tuhan menyatakan, "Dan
apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya."  Menyangkal iman mereka sekarang dan
menyangkal kuasa Roh Kudus yang telah menolong pekabaran itu adalah
mengundurkan diri dan binasa. Mereka didorong dan diberanikan berdiri teguh
oleh kata-kata Rasul Paulus, "Sebab itu janganlah kamu melepaskan
kepercayaanmu;" "sebab kamu memerlukan ketekunan,"  "sebab sedikit, bahkan sedikit waktu
lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada tanpa menangguhkan
kedatangan-Nya."  Satu-satunya
tindakan mereka yang aman ialah mengasihi terang yang mereka telah terima dari
Allah, dan berpegang teguh kepada janji-janji-Nya, serta terus menyelidiki
Alkitab. Dan dengan tekun dan tabah menanti dan berjaga untuk menerima terang
lebih lanjut.

 

 

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

APAKAH KAABAH ITU?      --    
 23

 

 

      Alkitab, yang di atas
segala sesuatu yang lain telah menjadi landasan dan tiang utama iman tentang
kedatangan Kristus, telah menyatakan, "Sampai dua ribu tiga ratus petang
dan pagi, lalu tempat kudus itu akan dipulihkan kepada keadaan yang wajar."
(Daniel 8:14). Kata-kata ini tidak asing lagi bagi orang-orang yang percaya
kepada kedatangan Tuhan yang segera. Kata-kata nubuatan ini diulang-ulangi oleh
bibir ribuan orang sebagai kata-kata semboyan iman mereka. Semua merasa bahwa
ke atas kejadian-kejadian yang diramalkan kesanalah bergantung penantian dan
harapan mereka. Hari-hari nubuatan itu telah ditunjukkan akan berakhir pada
musim gugur tahun 1844. Sama seperti dunia Krsiten lain, pada umumnya
orang-orang Advent berpendapat bahwa dunia ini, atau bagian daripadanya, adalah
kaabah itu. Mereka mengerti bahwa pemulihan kaabah adalah penyucian  dunia ini oleh api pada hari terakhir yang
besar itu, dan bahwa hal ini akan terjadi pada kedatangan kedua kali. Sejak
waktu itu mereka mengambil kesimpulan bahwa Kristus akan kembali ke dunia ini
pada tahun 1844.

      Tetapi
waktu yang ditetapkan telah berlalu, dan Tuhan tidak datang kembali.
Orang-orang percaya tahu bahwa firman Allah tak bisa salah. Penafsiran mereka
akan nubuatan pasti salah, tetapi dimanakah kesalahan itu? Banyak orang yang
dengan terburu-buru menyatakan bahwa masa 2300 hari itu tidak berakhir pada
tahun 1844. Tidak bisa menampilkan alasan kecuali bahwa Kristus tidak datang
pada waktu yang mereka harapkan Ia datang. Mereka memperdebatkan bahwa jika
masa-masa nubuatan berakhir pada tahun 1844, Kristus tentu sudah datang untuk
memulihkan kaabah oleh penyucian dunia ini dengan api; dan oleh karena Ia tidak
datang maka hari itu tentu belum berakhir.

     
Menerima kesimpulan ini berarti menolak perhitungan masa-masa nubuatan
atau yang sebelumnya. Masa 2300 hari telah bermula pada waktu perintah raja
Artahsasta untuk membangun kembali Yerusalem mulai berlaku pada musim gugur
tahun 457 SM (Sebelum Masehi). Dengan mengambil ini sebagai titik permulaan,
maka sangat cocok dalam pengetrapan semua peristiwa yang disebutkan dalam
penjelasan masa itu di dalam Daniel 9:25-27. Enam puluh sembilan kali tujuh
masa, yaitu 483 tahun pertama dari masa 2300 tahun, tiba kepada Mesias, yaitu
Dia Yang Diurapi; dan baptisan dan pengurapan Kristus dengan Roh Suci pada
tahun 27 TM(Tarikh Masehi) tepat menggenapi perincian itu. Pada pertengahan
tujuh masa ketujuh puluh Mesias dikorbankan. Tiga setengah tahun sesudah ia
dibaptiskan, Kristus disalibkan, pada musim semi tahun 31 TM. Tujuh puluh kali
tujuh masa atau 490 tahun dikhususkan bagi orang Yahudi. Pada akhir masa ini
bangsa itu memeteraikan penolakan akan Kristus dengan menganiaya
murid-murid-Nya, sehingga rasul-rasul pergi kepada bangsa-bangsa lain pada
tahun 34 TM. Masa 490 tahun pertama dari 2300 tahun itu berakhir dan tinggallah
lagi 1810 tahun. Bermula dari tahun 34 TM, yang seribu delapan ratus sepuluh
tahun itu akan berakhir pada tahun 1844. "Lalu," kata malaikat itu,
"tempat kududs itu akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar." Semua
spesifiksai nubuatan yang sebelumnya, tidak diragukan telah digenapi tepat pada
waktu yang ditetapkan.

      Dengan
perhitungan ini, semua jelas dan cocok, kecuali bahwa tidak tampak adanya
peristiwa yang terjadi yang menyatakan pemulihan tempat kudus pada tahun 1844.
Menolak berakhirnya masa itu pada tahun itu berarti melibatkan seluruhnya dalam
kebingungan dan menolak pendirian yang telah ditetapkan oleh kegenapan nubuatan
yang tidak salah.

      Tetapi
Allah telah menuntun umat-Nya dalam Pergerakan Advent yang besar itu. Kuasa-Nya
dan kemulian-Nya telah menolong pekerjaan itu dan Ia tidak akan membiarkannya
berakhir dalam kegelapan dan kekecewaan, untuk dicela sebagai gerakan palsu dan
fanatik. Ia tidak akan membiarkan firman-Nya terlibat dalam keragu-raguan dan
ketidakpastian. Meskipun banyak yang meninggalkan perhitungan masa nubuatan
mereka yang mula-mula, dan menyangkal ketepatan gerakan yang didasarkan
atasnya, yang lain-lainnya tidak mau meninggalkan pokok-pokok iman dan pengalaman
yang telah ditunjang oleh Alkitab dan oleh kesaksian Roh Allah. Mereka percaya
bahwa mereka telah menerima prinsip penafsiran yang benar dan mempelajari
nubuatan-nubuatan, dan bahwa adalah tugas mereka untuk berpegang teguh kepada
kebenaran yang telah diperoleh, dan meneruskan menyelidiki Alkitab. Dengan doa
yang sungguh-sungguh mereka memeriksa kembali kedudukan mereka dan mempelajari
Alkitab untuk menemukan kesalahan mereka. Sementara mereka tidak menemukan
sesuatu kesalahan dalam perhitungan masa-masa nubuatan, mereka mulai memeriksa
lebih cermat mengenai masalah tempat kudus.

      Pada
penelitian mereka, mereka mengetahui bahwa tidak ada bukti-bukti dari Alkitab
yang mendukung pandangan populer bahwa dunia ini adalah tempat kudus. Tetapi
mereka menemukan dalam Alkitab penjelasan lengkap mengenai tempat kudus,
keadaannya, lokasinya, dan upacara-upacaranya. 
Kesaksian penulis-penulis kudus begitu jelas dan cukup sehingga tidak
ada keraguan. Rasul Paulus, dalam surat kepada orang Iberani berkata,
"Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk
ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. Sebab ada dipersiapkan
suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan
meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. Dibelakang tirai
yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. Di
situ terdapat mezbah tempat pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanian
yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan
buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh
batu yang bertuliskan perjanjian, dan di atasnya kedua kerub kemuliaan yang
menaungi tutup pendamaian." (Iberani 9:1-5).

      Tempat
kudus yang dikatakan Rasul Paulus di sini ialah kemah suci yang didirikan oleh
Musa atas perintah Allah, sebagai tempat tinggal duniawi Yang Mahatinggi.
"Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di
tengah-tengah mereka" (Kel. 25:8), 
demikianlah perintah yang diberikan kepada Musa pada waktu ia di atas
gunung bersama Allah. Orang-orang Israel berjalan melalui padang gurun, dan
kemah suci dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipindahkan dari satu tempat
ke tempat yang lain. Namun, bangunan itu adalah suatu struktur yang megah dan
indah. Dindingnya terbuat dari papan yang dilapisi dengan emas, dan
engsel-engselnya terbuat dari perak, sementara atapnya terbuat dari sejumlah
tirai atau penutup, dan bagian luarnya terbuat dari kulit. Bagian paling dalam
terbuat dari lenan halus yang dengan indah dilukisi dengan gambar kerub. Di
samping pelataran luar, yang berisi mezbah persembahan bakaran, kemah suci itu
terdiri dari dua buah ruangan yang disebut bilik yang kudus dan bilik yang maha
kudus, yang dipisahkan oleh tirai mewah dan indah, atau selubung, selubung yang
sama yang menutup pintu masuk ke bilik yang pertama.

      Di
bilik yang kudus terdapat kaki dian, di sebelah Selatan, dengan tujuh lampunya
menerangi tempat kudus itu siang dan malam. Di sebelah Utara, berdiri meja roti
sajian. Dan di depan tirai atau selubung yang memisahkan bilik yang kudus dari
bilik yang maha kudus terdapat mezbah pedupaan, yang daripadanya naik asap
bau-bauan yang harum, bersama doa-doa orang Israel ke hadirat Allah.

      Di bilik yang maha kudus berdiri tabut
perjanjian, suatu peti yang terbuat dari kayu berharga yang dilapisi demgan
emas, tempat menyimpan dua loh batu tempat kesepuluh hukum dituliskan oleh
Allah. Dia atas tabut perjanjian itu, yang menjadi penutup peti suci itu
tedapat tutup pendamaian, suatu hasil kerja yang indah, dan di atasnya terdapat
dua kerub -- satu di setiap ujungnya -- dan semuanya disalut dengan emas murni.
Di bilik ini hadirat ilahi ditandai dengan awan kemuliaan di antara kedua kerub
itu.

     
Setelah orang Iberani menetap di tanah Kanaan, kemah suci itu telah
digantikan oleh Kaabah Salomo, yang walaupun dengan bangunan permanen dan dalam
ukuran yang lebih besar, tetap menuruti perbandingan-perbandingan yang sama dan
dilengkapi dengan perlengkapan yang sama. Dalam bentuk ini tempat kudus berdiri
teguh sampai dihancurkan tentera Roma pada tahun 70 TM -- kecuali kerusakaan
pada zaman Daniel.

      Hanya
inilah tempat kudus yang pernah berdiri di atas dunia ini, yang mengenai itu
Alkitab memberikan keterangan. Inilah tempat kudus yang Rasul Paulus katakan
tempat kudus perjanjian yang pertama. Tetapi bukankah perjanjian yang baru
mempunyai tempat kudus?

     
Kembali membuka buku Iberani, para pencari kebenaran menemukan bahwa
keberadaan tempat kudus yang kedua, atau tempat kudus perjanjian yang baru
tercantum dalam kata-kata Rasul Paulus yang telah dikutip "Memang
perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan
untuk tempat kudus buatan tangan manusia." Dan penggunaan kata
"juga" memberi kesan bahwa Rasul Paulus sebelumnya telah menyebutkan
tempat kudus. Kita buka kembali kepada permulaan fatsal sebelumnya akan kita
baca, "Inti segala yang kita bicarakan itu ialah kita mempunyai Imam Besar
yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di Surga, dan
yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang
didirikan oleh Tuhan bukan oleh manusia." (Iberani 8:1-2).

      Di
sinilah dinyatakan tempat kudus perjanjian baru. Tempat kudus perjanian yang
pertama didirikan oleh tangan manusia, dibangun oleh Musa, dan yang kedua ini
didirikan oleh Tuhan, bukan oleh manusia. Di dalam tempat kudus perjanjian yang
pertama, imam-imam dunia menjalankan upacara-upacara, sedangkan pada tempat
kudus perjanjian yang baru Kristus, Imam Besar kita, melayani di sebelah kanan
Allah. Satu kaabah suci ada di dunia ini dan yang satu lagi ada di Surga.

      Lebih
jauh, kemah suci yang dibangun oleh Musa dibangun sesuai pola atau contoh.
Tuhan menuntun dia, "Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai
contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah kamu
harus membuatnya." Dan sekali lagi perintah diberikan, "Dan ingatlah,
bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan
kepadamu di atas gunung itu." (Kel. 25:9,40). Dan Rasul Paulus berkata,
bahwa kemah suci yang pertama itu, "adalah kiasan masa sekarang. Sesuai
dengan itu dipersembahkan korban dan persembahan;" bahwa bilik yang
kudusnya adalah "melambangkan apa yang ada di Surga;" bahwa imam yang
mempersembahkan persembahan sesuai dengan 
hukum adalah "gambaran dan bayangan dari apa yang ada di
Surga," dan bahwa "Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan
tangan manusia, yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi
ke dalam Surga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan
kita." (Iberani 9:9,23; 8:5; 9:24).

      Tempat
kudus yang di Surga, dimana Yesus melayani demi kita, adalah tempat kudus besar
yang asli. Kemah suci yang dibangun oleh Musa mencontoh dari tempat kudus ini.
Allah mencurahkan Roh-Nya ke atas orang-orang yang membangun kemah suci
duniawi. Ketrampilan artistik yang diperagakan dalam pembagunan tempat kudus
itu adalah manifestasi hikmat ilahi. Dinding-dinding yang tampak bagaikan emas
besar memantulkan ke segala penjuru sinar ketujuh kandil dari kaki dian emas
itu. Meja roti pertunjukan dan mezbah pedupaan berkilau-kilau bagaikan emas
mengkilat. Tirai yang maha indah yang membentuk langit-langit, yang dihiasi dengan
gambar-gambar malaikat dengan warna biru, ungu dan merah menambah keelokan
pemandangan. Dan di balik selubung kedua terdapat sinar shekinah  suci, sebagai manifestasi kemuliaan Allah,
yang kehadirat-Nya hanya imam besar yang bisa masuk dan tetap hidup.

     
Keindahan yang tiada taranya tempat kudus duniawi itu merefleksikan
kepada pandangan manusia kemuliaan kaabah Surgawi dimana Kristus, penghulu
kita, melayani bagi kita di hadirat takhta Allah. Tempat tinggal Raja segala
raja itu, dimana seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali
berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya (Dan. 7:10); kaabah itu dipenuhi
kemuliaan takhta kekal, dimana serapim, sebagai pengawalnya yang
bercahaya, menyelubungi wajahnya dalam sikap hormat. Keindahan dan kemuliaan yang
terdapat pada bangunan indah yang di dunia ini yang dibangun oleh tangan
manusia hanyalah refleksi yang redup dari kebesaran dan kemuliaan tempat kudus
Surgawi. Namun kebenaran-kebenaran penting mengenai tempat kudus Surgawi dan
mengenai pekerjaan-pekerjaan besar yang dilaksanakan di sana yang dijalankan
untuk penebusan manusia telah diajarkan oleh tempat kudus duniawi dan
upacara-upacaranya.

     
Tempat-tempat suci kudus kaabah Surgawi dilambangkan oleh kedua bilik di
kaabah yang di dunia ini. Di dalam penglihatan, Rasul Yohanes diizinkan melihat
kaabah Allah di Surga, ia melihat di sana "tujuh obor menyala-nyala
dihadapan takhta itu." (Wah. 4:5). Ia melihat seorang malaikat
"dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyaan
untuk dipersembahkan bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah
emas dihadapan takhta itu." (Wah. 8:3). Di sini nabi telah diizinkan
memandang bilik yang pertama tempat kudus di Surga itu; dan ia melihat di sana
"tujuh obor menyala-nyala" dan "mezbah emas" dilambangkan
oleh kaki dian dan dupa dalam tempat kudus yang di dunia ini. Sekali lagi,
"terbukalah Bait Suci Allah yang di Surga," dan ia melihat selubung
bagian dalam, di atas bilik yang maha suci. Di sini ia melihat "tabut perjanjian-Nya"
yang dilambangkan oleh peti kudus yang dibangun oleh Musa yang berisi hukum
Allah.

      Jadi
demikianlah mereka yang mempelajari pelajaran ini menemukan bukti yang tidak
bisa dibantah mengenai adanya tempat kudus di Surga. Musa membangun tempat
kudus  di dunia ini menurut pola yang
ditunjukkan kepadanya. Rasul Paulus mengajarkan bahwa pola itulah tempat kudus
yang sebenarnya, yaitu yang di Surga. Dan Rasul Yohanes menyaksikan bahwa ia
melihatnya di Surga.

      Di
dalam kaabah di Surga, tempat tinggal Allah, takhta-Nya didirikan dalam
kebenaran dan keadilan. Di bilik yang maha suci ia melihat hukum-Nya, sebagai
ukuran kebenaran dengan mana semua umat manusia diuji. Tabut tempat menyimpan
loh-loh hukum itu ditutupi dengan tutup pendamaian. Di hadirat inilah Kristus
mengadakan permohonan melalui darah-Nya demi orang-orang berdosa. Dengan
demikian dilambangkan gabungan keadilan dan dan kemurahan dalam rencana
penebusan manusia. Hanya hikmat yang tanpa batas saja yang dapat merancangnya
dan kuasa yang tak terbatas yang dapat mewujudkannya. Gabungan inilah yang
memenuhi semua Surga dengan kekaguman dan rasa hormat. Kerub di tempat kudus
duniawi, yang memandang dengan rasa hormat ke tutup pendamaian itu,
melambangkan perhatian seluruh Surga mengenai pekerjaan penebusan manusia.
Inilah rahasia kemurahan yang ingin di lihat oleh malaikat-malaikat, --  bahwa Allah dapat berlaku adil sementara Ia
membenarkan orang-orang berdosa yang bertobat, dan memperbaharui pergaulan-Nya
dengan manusia yang sudah jatuh; bahwa Kristus dapat merendahkan diri-Nya untuk
mengangkat orang-orang yang tak terhitung banyaknya dari jurang kebinasaan, dan
memakaikan kepada mereka jubah kebenaran-Nya sendiri, untuk dipersatukan dengan
malaikat-malaikat yang tidak pernah jatuh, dan untuk tinggal selamanya di
hadirat Allah.

     
Pekerjaan Kristus sebagai pengantara manusia dinyatakan dalam nubuatan
nabi Zakaria mengenai Dia "yang bernama Tunas." Nabi itu berkata,
"Dialah yang akan mendirikan bait Tuhan, dan dialah yang akan mendapat
keagungan dan duduk memerintah di atas takhtanya. [takhta Bapa-Nya]. Di sebelah
kanannya akan ada seorang imam [Ia akan menjadi imam di takhtanya -- Alkitab
Bahasa Inggeris]:  dan permufakatan
tentang damai akan ada di antara mereka berdua." (Zakaria 6:13).

     
"Dialah yang akan mendirikan bait Tuhan."  Oleh pengorbanan dan pengantaraan-Nya,
Kristus adalah fondasi dan pembangun gereja Allah. Rasul Paulus menunjuk
kepada-Nya sebagai "batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan,
rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia
kamu juga," katanya, "turut dibangunkan menjadi tempat kediaman
Allah, di dalam Roh." (Epes. 2: 20-22).

     
"Dan dialah yang akan mendapat keagungan."  Keagungan dan kemuliaan penebusan manusia
yang sudah jatuh itu adalah milik Kristus. Melalui zaman kekekalan, nyanyian
orang tebusan adalah, "Bagi Dia yang mengasihi kita dan yang telah
melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya, . . .  bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai
selama-lamanya." (Wah. 1:5,6).

      Dan Ia
"akan duduk memerintah di atas takhtanya, [takhta Bapanya]. Di sebelah
kanannya akan ada seorang imam." 
Belum sekarang "di atas takhta kemuliaan."  Kerajaan kemuliaan belum datang. Setelah
pekerjaan pengantaraan-Nya berakhir barulah "Allah akan mengaruniakan
kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya," suatu kerajaan yang "tidak
akan berkesudahan." (Luk. 1:32,33). Sebagai seorang imam, Kristus sekarang
duduk bersama-sama dengan Bapa di atas takhta-Nya (Luk. 3:21). Di atas takhta
itu duduk bersama Yang Kekal dan yang dengan sendirinya ada, adalah Dia yang
"telah menanggung penyakit kita dan yang memikul kesengsaraan kita,"
yang dalam segala hal "Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat
dosa,"  sehingga dengan demikian Ia
"dapat menolong mereka yang dicobai." 
"Namun jika seorang berdosa, kita mempunyai seorang pengantara pada
Bapa." (Yes. 53:4; Iberani 4:15; 2:18; 1 Yoh. 2:1). Pengantaraan-Nya ialah
dengan tubuh-Nya yang  yang ditusuk dan
dihancurkan, dengan kehidupan yang tak bercacad. Tangan-Nya yang terluka, lambung-Nya
yang ditusuk, kaki-Nya yang dirusakkan, memohon bagi manusia yang sudah jatuh,
yang penebusan-Nya dibeli dengan harga yang tidak ternilai.

     
"Dan permufakatan tentang damai akan ada di antara mereka
berdua."  Kasih Bapa, tidak kurang
dari kasih Anak, adalah mata air keselamatan bagi orang yang telah hilang.
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya sebelum Ia pergi, "Dan tidak Aku
katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri
mengasihi kamu." ( Yoh. 16:26,27). 
"Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus." (2
Kor. 5:19).  Dan dalam pelayanan di dalam
tempat kudus di atas, "permufakatan tentang damai akan ada di antara
mereka berdua."  "Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal." (Yoh. 3:16).

     
Pertanyaan, apakah kaabah itu? dijawab dengan jelas dalam Alkitab.
Istilah "tempat kudus" sebagaimana digunakan dalam Alkitab, digunakan
pertama-tama kepada kemah suci yang dibangun oleh Musa, menurut pola yang ada
di Surga, dan kedua, kepada "kaabah yang sebenarnya" di Surga, yang
ditunjuk oleh kaabah duniawi. Pada kematian Kristus, upacara-upacara kaabah berakhir.
"Kaabah yang sebenarnya" di Surga adalah tempat kudus perjanjian yang
baru. Dan sementara nubuatan Daniel 8:14 digenapi dalam dispensasi ini, tempat
kudus yang dimaksud haruslah tempat kudus perjanjian baru. Pada akhir masa 2300
hari pada tahun 1844, di dunia ini tidak ada lagi tempat kudus selama ratusan
tahun. Dengan demikian, "Sampai 2300 petang dan pagi, lalu tempat kudus
itu akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar," tanpa diragukan lagi
menunjuk kepada tempat kudus di Surga.

      Tetapi
pertanyaan yang paling penting tetap harus dijawab. Apakah maksudnya tempat
kudus itu akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar? Bahwa ada upacara yang
serupa itu sehubungan dengan tempay kudus duniawi, diterangkan dalam Alkitab
Perjanjian Lama. Tetapi adakah sesuatu di Surga yang akan dipulihkan (disucikan
-- terjemahan langsung)? Dalam Iberani 9 pemulihan tempat kudus ke dalam
keadaan yang wajar diajarkan dengan jelas. 
"Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum taurat dengan
darah, dan tanpa pertumpahan darah tidak ada pengampunan. Jadi segala sesuatu
yang melambangkan apa yang ada di Surga haruslah ditahirkan secara demikian
[darah binatang], tetapi benda-benda surgawi sendiri oleh
persembahan-persembahan yang lebih baik dari pada itu," (Iberani 9:22,23),
yaitu darah Kristus yang tidak ternilai harganya.

     
Pemulihan kembali, baik dalam lambang maupun upacara yang sebenarnya
harus dilakukan dengan darah; yang pertama dengan darah binatang, dan yang
kemudian dengan darah Kristus. Rasul Paulus menyatakan sebagai alasan mengapa
pemulihan itu harus dilakukan dengan darah, bahwa tanpa penumpahan darah tidak
ada pengampunan. Pengampunan itu, atau membuangkan dosa, adalah
pekerjaan yang harus dicapai. Tetapi bagaimanakah ada dosa sehubungan dengan
tempat kudus baik yang di Surga maupun yang di dunia? Hal ini bisa diketahui
dengan merujuk kepada upacara bayangan di kaabah dunia, karena imam-imam yang
melakukan upacara di kemah suci duniawi "adalah gambaran dan bayangan yang
ada di Surga." (Iberani 8:5).

     
Pelayanan dalam tempat kudus duniawi terdiri dari dua bagian:  imam-imam bekerja di bilik yang kudus setiap
hari, sementara sekali setahun imam besar melakukan pekerjaan khusus penyucian
di bilik yang maha kudus, untuk pemulihan tempat kudus itu. Hari demi hari orang
berdosa yang bertobat membawa persembahannya ke pintu kemah suci, dan
meletakkan tangannya di atas kepala korban, mengakui dosa-dosanya, dengan
demikian menggambarkan pemindahan dosa-dosa dari dirinya sendiri kepada korban
yang tidak bersalah itu. Binatang itu kemudian disembelih. "Tanpa
penumpahan darah," kata rasul, "tidak ada pengampunan."   "Karena nyawa makhluk ada di dalam
darahnya." (Imamat 17:11). Pelanggaran hukum Allah menuntut nyawa dari
pelanggar. Darah yang melambangkan hutang nyawa orang berdosa, yang
kesalahannya ditanggungkan kepada korban, dibawa oleh imam ke dalam bilik yang
kudus dan memercikkannya di hadapan tirai penghubung, yang dibelakangnya
terdapat tabut perjanjian yang berisi hukum yang dilanggar oleh orang berdosa
itu. Dengan upacara ini dosa-dosa, melalui darah, dipindahkan secara simbolis
ke tempat kudus. Dalam beberapa kasus, darah tidak dibawa ke bilik yang suci,
tetapi dagingnya kemudian akan dimakan oleh imam, sebagaimana Musa memberi
petunjuk kepada anak-anak Harun dengan mengatakan, "Tuhan memberikan
kepadamu, supaya kamu mengangkut kesalahan umat." (Imamat 10:17). Kedua
upacara ini sama-sama melambangkan pemindahan dosa dari orang berdosa kepada
tempat kudus.

      Itulah
pekerjaan yang terus berlangsung dari hari ke hari sepanjang tahun. Dosa-dosa
orang Israel dengan demikian dipindahkan ke tempat kudus, dan satu pekerjaan
khusus diperlukan untuk menghilangkan dosa-dosa ini. Allah memerintahkan untuk
melakukan penyucian dan pendamaian tiap-tiap bilik yang kudus.  "Dengan demikian ia mengadakan
pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan
karena segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka. Demikianlah harus
diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di
tengah-tengah segala kenajisan mereka." 
Suatu pendamaian juga harus dibuat bagi mezbah untuk  "menguduskannya dari segala kenajisan
orang Israel." ( Imamat 16:16,19).

      Sekali
setahun, pada hari besar pendamaian, imam memasuki bilik yang maha kudus untuk
membersihkan dan memulihkan tempat kudus. Pekerjaan ini dilakukan untuk
mengakhiri pelayanan tahunan. Pada hari pendamaian, dua ekor kambing jantan
dibawa ke pintu kemah suci, lalu dibuang undi bagi keduanya, "sebuah undi
bagi Tuhan, dan sebuah lagi bagi Azazel." (Imamat 16:8). Kambing yang
terundi bagi Tuhan akan disembelih sebagai korban persembahan bagi orang
banyak. Dan imam akan membawa darahnya ke dalam tirai selubung, dan memercikkan
darah itu ke atas tutup pendamaian dan di hadapan tutup pendamaian itu. Juga
darah itu dipercikkan ke atas mezbah pedupaan yang di hadapan tirai selubung
itu.

     
"Dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing
jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan
orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus
menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian
melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap
sedia untuk itu. Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala
kesalahan Israel ke tanah yang tandus dan kambing itu harus dilepaskan di
padang gurun." (Imamat 16:21,22). Kambing Azazel itu tidak lagi datanbg ke
perkemahan orang Israel, dan orang yang menggiringnya ke padang gurun harus
membasuh dirinya dan pakaiannya dengan air sebelum ia kembali ke perkemahan.

     
Seluruh upacara itu dimaksudkan untuk memberi kesan kepada orang Israel
mengenai kekudusan Allah dan kebencian-Nya kepada dosa. Dan lebih jauh, untuk
menunjukkan kepada mereka bahwa mereka tidak boleh berhubungan dengan dosa
tanpa menjadi cemar dan najis. Setiap orang diharuskan menyesali dosanya, dan
merendahkan diri dan jiwanya sementara upacara pendamaian itu berlangsung.
Segala pekerjaan sehari-hari harus dikesampingkan, dan seluruh perhimpunan
orang Israel pada hari itu merendahkan diri dengan sungguh-sungguh di hadirat
Allah, dengan berdoa, berpuasa dan menyelidiki hatinya yang terdalam.

     
Kebenaran penting mengenai pendamaian diajarkan oleh upacara
lambang-lambang. Suatu pengganti diterima sebagai pengganti orang berdosa.
Tetapi dosa tidak dapat ditiadakan oleh darah korban. Dengan demikian suatu
cara telah disediakan untuk memindahkan dosa itu ke tempat kudus. Dengan
mempersembahkan darah, orang-orang berdosa mengakui otoritas hukum, mengakui
kesalahannya dalam pelanggaran, dan menyatakan keinginannya untuk memperoleh
pengampunan melalui imam kepada Penebus yang akan datang. Tetapi ia belum
seluruhnya dibebaskan dari hukuman dan kutukan hukum. Pada Hari Pendamaian,
setelah mengambil persembahan yang orang banyak, imam besar masuk ke bilik yang
maha kudus dengan darah persembahan ini, dan memercikkan darah itu ke atas
tutup pendamaian, langsung ke atas hukum itu, untuk memenuhi tuntutannya.
Kemudian, dalam sikapnya sebagai pengantara, imam besar itu mengambil dosa-dosa
itu kepada dirinya dan membawanya keluar dari tempat kudus.  Dengan meletakkan tangannya di atas kepala
kambing Azazel, ia mengakui segala dosa-dosa ini, dengan demikian menggambarkan
pemindahan dosa-dosa itu dari dirinya ke kambing jantan. Kemudian kambing
membawa dosa-dosa itu jauh-jauh dan mereka menganggap dosa-dosa itu dipisahkan
dari mereka selama-lamanya.

     
Demikianlah upacara yang dilaksanakan "sebagai gambaran dan
bayangan dari perkara-perkara surgawi." 
Dan apa yang dilakukan dalam lambang dalam pelayanan tempat kudus
duniawi, dilakukan dengan sesungguhnya dalam pelayanan tempat kudus surgawi.
Setelah kenaikan-Nya, Juru Selamat kita memulai pekerjaan-Nya sebagai imam
besar kita. Rasul Paulus berkata, "Sebab Kristus bukan masuk ke dalam
tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang
sebenarnya, tetapi ke dalam Surga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna
kepentingan kita." (Iberani 9:24).

     
Pelayanan imam sepanjang tahun di bilik yang suci dari tempat kudus itu,
"di dalam tirai selubung" yang membentuk pintu dan memisahkan  bilik yang suci dari halaman luar,
melambangkan pekerjaan pelayanan yang dimulai oleh Kristus pada waktu Ia naik
ke Surga. Itu adalah pekerjaan pelayanan harian imam untuk menyampaikan ke
hadirat Allah darah persembahan karena dosa, juga dupa yang naik bersama
doa-doa orang Israel. Demikian juga Kristus memohon dengan darah-Nya di hadapan
Bapa atas nama orang-orang berdosa, dan menyampaikan juga di hadapan-Nya
doa-doa orang percaya yang menyesali dosa-dosanya, yang disertai keharuman
kebenaran-Nya sendiri. Demikianlah pekerjaan pelayanan di bilik yang kudus di
kaabah surgawi.

     
Kesanalah iman murid-murid Kristus mengikuti Dia pada waktu Ia naik dari
pandangan mereka. Di sinilah pengharapan mereka berpusat, "pengharapan
itu" kata Rasul Paulus, "adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa
kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, dimana Yesus telah masuk
sebagai Perintis kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam
Besar sampai selama-lamanya."  
"Dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat
yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi
dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan
yang kekal (bagi kita)." (Iberani 6:19,20; 9:12).

      Selama
delapan belas abad lamanya pekerjaan pelayanan ini berlangsung di bilik yang
suci. Darah Kristus dipersembahkan atas nama orang-orang percaya yang menyesali
dosa-dosanya, mendapatkan pengampunan dan penerimaan mereka kepada Bapa, namun,
dosa-dosa mereka masih tertulis di dalam buku catatan. Sebagaimana dalam
upacara lambang ada pekerjaan pendamaian pada akhir tahun, demikian juga
sebelum pekerjaan Kristus untuk menebus manusia diselesaikan, ada pekerjaan
pendamaian untuk memindahkan dosa-dosa dari tempat kudus. Inilah upacara yang
telah dimulai pada waktu masa 2300 hari itu berakhir. Pada waktu itu,
sebagaimana diramalkan oleh nabi Daniel, Imam Besar kita memasuki bilik yang
maha kudus untuk melaksanakan bagian terakhir dari pekerjaan-Nya, -- untuk
memulihkan tempat kudus itu. (membersihkan -- terjemahan langsung).

     
Seperti pada zaman dahulu dosa-dosa orang banyak, oleh iman,
ditanggungkan ke atas persembahan karena dosa, dan melalui darah korban
dipindahkan dalam lambang ke tempat kudus duniawi, demikianlah juga pada
perjanjian yang baru dosa-dosa orang-orang yang bertobat, oleh iman,
ditanggungkan ke atas Kristus, dan dipindahkan ke tempat kudus surgawi. Dan
sebagaimana pemulihan tempat kudus duniawi secara lambang dicapai oleh
memindahkan dosa-dosa yang mencemari tempat kudus itu, demikianlah pemulihan
yang sebenarnya tempat kudus surgawi dicapai oleh memindahkan, atau
menghapuskan dosa-dosa yang telah dicatat di sana. Tetapi sebelum ini
dilaksanakan, harus dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan buku-buku catatan
untuk menentukan siapa yang berhak memperoleh manfaat pendamaian Kristus,
melalui pertobatan dari dari dosa dan iman kepada Kristus. Oleh sebab itu
pemulihan tempat kudus itu melibatkan pekerjaan pemeriksaan -- pekerjaan
penghakiman. Pekerjaan ini harus dilakukan sebelum kedatangan Kristus untuk
menebus umat-Nya, karena  bila Ia datang,
upah-Nya ada bersama-sama dengan Dia yang akan diberikan-Nya kepada tiap-tiap
orang menurut perbuatannya." (Wah. 22:12).

      Dengan
demikian mereka yang mengikuti dalam terang perkataan nubuat itu melihat bahwa,
sebagai gantinya datang ke dunia ini pada akhir masa 2300 hari pada tahun 1844,
Kristus memasuki bilik yang mahasuci dalam kaabah surgawi untuk melaksanakan
pekerjaan penutup dari pekerjaan pendamaian, persiapan kepada kedatangan-Nya.

      Juga
terlihat bahwa sementara persembahan karena dosa menunjuk Kristus sebagai
korban, dan imam besar melambangkan Kristus sebagai pengantara, demikian juga
kambing Azazel melambangkan Setan sebagai sumber dosa, ke atas mana dosa-dosa
orang yang benar-benar menyesali dosanya pada akhirnya ditanggungkan. Bilamana
imam besar, oleh jasa darah korban karena dosa, memindahkan dosa-dosa dari
tempat kudus ke atas kambing Azazel. Bilamana Kristus, oleh jasa darah-Nya
sendiri, memindahkan dosa-dosa umat-Nya dari tempat kudus surgawi pada akhir
pelayanan-Nya, Ia akan menanggungkan dosa-dosa itu ke atas Setan, yang pada pelaksanaan
hukuman harus menanggung hukuman terakhir. Kambing Azazel di bawa jauh dan
dilepaskan di tempat yang tidak berpenduduk, agar tidak pernah datang kembali
ke tengah-tengah perkumpulan orang Israel. Demikianlah Setan untuk
selama-lamanya terhapus dari hadirat Allah dan umat-Nya, dan ia akan dihadapkan
pada kebinasaan terakhir dosa dan oarng-orang berdosa.

 

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx                                                                                                                    

>>Surat-menyurat :   hakekathidupku@yahoo.co.id,                                    hakekatku_00@yahoo.co.id,                                    hakekatku_05@yahoo.co.id,                                    hakekathidup_h5@yahoo.co.id,                                    hakekathidupku_nolnol@yahoo.co.id,                                   newhakekatku@yahoo.co.id,  >>Milis Group :         hakekatku_00@yahoogroups.com,                                     http://groups.yahoo.com/group/hakekatku_00/                                      newhakekatku@yahoogroups.com,                                     http://groups.yahoo.com/group/newhakekatku/    >> Bl o
g :                  http://bloghakekatku.blogspot.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
HEAD HUNTER & OUTSOURCING SPECIALIST
DENGAN FEE PALING COMPETITIF
UNTUK INFORMASI HUBUNGI (021)789 2012 /98225937

JASA OUTPLACEMENT HUBUNGI Amy at (021) 7892012

Human Capital Indonesia:
fseskadevi@hmc.co.id /info@hmc.co.id

High Management Consultant

Phone (62 21) 7892012, 9822-5937,
Fax (62 21) 789 2124


pemasangan iklan/posting dari para member diluar tanggung jawab dari Owner mailing list ini.  Berhati-hatilah dengan iklan lowongan pekerjaan.
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar